Dilema Harga Bahan Naik?

“Bos, minggu depan harga bahan naik!” Salah satu kabar yang paling tidak diinginkan bagi seorang pengusaha. Kabar yang bisa bikin rutinitas terhenti untuk seketika untuk mereka yang terkait secara langsung seperti produksi dan keuangan.

Antara kabar duka yang menggoncangkan untuk seorang pengusaha. Lalu muncul macam – macam dilema apa yang harus dilakukan ketika tahu harga bahan baku naik. Seperti “masih ketutup gak yah biaya-biaya”, “masih untung gak nih jualan”, “kalau naik pelanggan masih mau beli enggak”, dan macam-macam fikiran lainnya.

Kali ini saya (penulis) akan berbagi pandangan apa yang harus dilakukan ketika mendapat kabar semacam ini, terutama bagi mereka yang masih bingung harus melakukan apa, simak tulisan ini sampai akhir supaya kamu bisa meyakinkan diri kamu dalam menentukan sikap.

Sebelum itu, ingat kembali tujuan dasar dari sebuah bisnis. Tak lain adalah menghasilkan keuntungan sebagai alat perantara untuk melakukan kebaikan. Jika tidak menghasilkan keuntungan maka tidaklah disebut bisnis melainkan unit kebajikan ataupun organisasi nirlaba.

Disini, saya juga membuat penafian bahwa ini adalah berdasarkan sudut pandang penulis, banyak sisi pandang lain dalam menanggapi isu kenaikan harga bahan. Berikut ini 3 hal yang harus kamu lakukan sejak dapat kabar “ngeri” itu:

1. Cek ulang biaya produk/ layanan

Daripada kebawa emosi/ perasaan karena kabar itu, baiknya tenangkan diri dengan cara hitung kembali seberapa besar pengaruh kenaikan harga bahan ke biaya produk/ layanan. Selama kenaikan harga bahan itu masih bisa ditoleransi maka biarkan saja. Tapi harus menjadi catatan bahwa ada perubahan besaran selisih untung pada tanggal tertentu.

Toleransi itu maksudnya batas penerimaan untuk sebuah bisnis tetap bisa beroperasi dan menghasilkan keuntungan. Bisa jadi antar satu bisnis dengan yang lainnya berbeda – beda. Jelas itu karena pertimbangan orang berbeda – beda.

Jadi hal yang pertama, dapatkan angka biaya baru setelah kenaikan harga lalu pertimbangkan, seberapa besar kamu bisa menerima, bukan menerima pakai perasaan ya. Tapi berdasarkan biaya operasi perbulannya tertutupi dan besaran keuntungan di level yang kamu tetapkan.

2. Analisis alasan kenaikan

Kenapa harus analisis? Kan sudah naik. Iya benar, memang sudah naik. Namun dengan analisis ini, kamu mengumpulkan trend data kenaikan harga, penyebabnya dan lainnya. Sehingga semakin data kamu banyak, kamu bisa membuat pra kiraan penyebab kenaikan.

Dengan pra kiraan inilah kamu bisa merencanakan kedepan dalam pengadaan harus bagaimana. Termasuk salah satunya jika data menunjukkan kenaikan terjadi secara konstan secara terus menerus, maka antara pilihannya, kamu tinggal ikutin kenaikan harga. Misal naik 500 perak, kamu naikkan harga jual 500 perak.

3. Sosialisasi

Sosialisasi ada macam-macam. Setidaknya berikan jeda kepada pelanggan akan kenaikan harga bahan. Supaya mereka bisa melakukan penyesuaian dan sosialisasi pada pelanggan mereka juga (ini jika bisnis konsep B2B).

Jangan pernah menganggap remeh hal yang ketiga ini. Sebagaimana kamu butuh waktu untuk beradaptasi dan mencerna perubahan harga, mereka juga sama.

 

Terakhir setelah 3 hal tadi, jika memang keputusan kamu mengharuskan kenaikan harga jual, maka bersedialah dengan reaksi pelanggan. Sebagian mungkin berpindah, sebagian mungkin menahan untuk suatu waktu dan sebagian inshaa Allah akan memahami dan tetap berbelanja.

Yang terpenting jangan sampai perasaan pelanggan tidak akan membeli merantai keputusan. Karena jika sampai kamu tetap berbisnis namun tidak hasilkan keuntungan bukanlah itu disebut bisnis tapi bakti sosial.

———

Jika kamu terbantu dengan artikel ini, bantu saya sebarkan kepada mereka yang memerlukan.

💵Bisnis

Bagikan Artikel Ini :